Alles Für Maura

                                          alles für Maura
                                  Part I

Pa, ada bayi pa, ucap bu Lina saat akan ke kebun untuk menyiram bunga.  Mana ma? Wah, kira-kira ini bayi siapa yak ok di tinggal disini? Bagaimana kalau kita adopsi saja bayi ini, kita rawat bayi ini, kan kasian Maura kalau dia main selalu sendiri. Kalau kita mengadopsi bayi ini, nanti Maura kan bisa main sama dia. Usul pak Roy. Ide bagus pa, kita beri dia nama Marissa Putri saja gimana? Nanti nama panggilannya Echa aja. Ucap bu Lina. Nama yang bagus, papa setuju ma, jawab pak Roy. Akhirnya mereka berdua membawa bayi Echa masuk kerumah.
***5 tahun kemudian***
Dua gadis kecil dan seorang anak laki-laki yang kira-kira berusia 5 tahun dan 7 tahun tengah berlari-larian di suatu taman, mereka adalah Maura, Echa dan James. Maura adalah kakak dari Echa dan James adalah tetangga mereka. Mereka bertiga selalu bermain bersama, mereka bertiga tidak bisa terpisahkan. Maura dan Echa adalah saudara, namun bukan saudara kandung. Echa dirawat oleh orang tua Maura sejak bayi, Echa ditemukan di depan pintu  rumah saat mama Maura akan menyiram kebun. Walau bukan saudara kandung namun mereka cukup kompak, saat Echa sedang berlarian di taman tiba-tiba dia terjatuh dan lututnya berdarah, Maura pun langsung menghibur adiknya yang sedang kesakitan ketika sedang diobati oleh mamanya, dia menghibur Echa agar dia nggak menangis saat diobati. Saat Echa berusia 7 tahun, Echa dan bu Lina, mama mereka pindah ke Australia karena mamanya ada urusan bisnis dan memutuskan untuk pindah sementara waktu sampai bisnis butiknya lancar. Sedangkan Maura dan pak Roy, papanya tetap tinggal di Jakarta. Disaat yang bersamaan, James dan keluarganya pindah ke Jerman karena orangtua James akan meneruskan bisnis keluarga disana.
***10 tahun kemudian***
Seorang gadis berambut pirang dan seorang wanita yang kira-kira berusia 40 tahun keluar dari bandara. Pagi yang cerah Di Indonesia. Yap, gadis dan wanita itu adalah Echa dan mamanya. Sudah berapa lama ya aku nggak kesini, ucap Echa itu. BRRAAKKK, seorang lelaki menabraknya.
“maaf ya aku nggak sengaja”
Echa yang tadinya akan melabrak lelaki itu tiba-tiba saja tidak jadi melabrak dan amarahnya seketika hilang saat dia menatap mata lelaki itu.
“oh, iya, nggap papa kok”
“aku bantuin ngeberesin barang-barangmu yang berantakan ya, maaf loh”
“aduh, jadi ngrepotin nih”
“wajar aja kali, kan aku yang ngebarantakin. Udah selesai nih, aku pergi dulu ya, aku lagi buru-buru nih. Dahh”
Belum sempat Echa menanyakan nama lelaki itu, dia keburu udah jauh.
“kamu nggak papa kan Cha?” Tanya mama
“nggak papa kok ma” jawab Echa
            Echa dan mamanya pun langsung keluar dari area penjemputan dan naik ke sebuah taksi. Pak, pergi ke komplek yang jalan batu nomor 144 ya, kata Echa kepada supir taksi. Baik mbak, kata supir taksi. Sekitar pukul 11:00 waktu Jakarta, akhirnya Echa sampai dirumah papanya. Dia menekan bel yang ada disamping pagar, setelah beberapa menit ia menunggu akhirnya keluarlah seorang gadis yang dengan curly long hair nya yang terurai panjang dan dengan memakai kaos dan rok span yang terlihat cukup santai.
“Echa, mama kenapa kalian nggak bilang kalau mau datang? Kan nanti aku bisa jemput kalian dibandara” ucap Maura sambil membuka pintu pagar
“ya udahlah kak, kan aku juga udah gede, aku nggak mau ngerepotin kakak“ ucap Echa
“oke deh kalo gitu, ayo masuk Cha, ma. Bisnis mama udah selesai?” Tanya Maura
“iya, bisnis mama disana udah selesai, makanya mama dan Echa pindah lagi kesini” jawab mama
“wah, pasti papa seneng bgt denger kabar ini, kita kangen banget loh sama kalian”
“ah, gimana sih. Ini rumah kok sepi benget sih kak?” Tanya Echa
“iyalah, kan yang tinggal disini cuma kakak, papa, bi Lesti, dan mang Yos”
Maura mengantar Echa dan mamanya ke kamar untuk beristirahat sebentar dan mengumpulkan kembali tenaganya karena Echa dan mamanya terlihat cukup lelah setelah melakukan perjalanan pesawat yang cukup lama.
            Jam telah mununjukkan pukul 18:00, suara mobil Yaris facelift berwarna hitam dan masih terlihat baru terlihat mulai memasuki halaman rumah dan nampaknya akan masuk ke garasi. Papa, ucap Echa saat papanya membuka pintu. Papanya terlihat kaget karena melihat tiba-tiba Echa yang ia rindukan sekarang ada dihadapannya. Kamu pulang sama mama? Tanya papa. Iya pa, jawab Echa. Mereka pun sedikit berbincang-bincang di depan pintu. Pa, Cha, ayo cepet mandi dan ganti baju soalnya makan malam udah siap nih, ucap Maura dari dalam dapur yang sedang membantu mamanya memasak. Akhirnya Echa dan papanya langsung menghentikan pembicaraan dan langsung bersiap-siap sebelum makan malam.
            Setelah mereka berkumpul, akhirnya mereka semua makan malam bersama. Setelah makan mereka berkumpul di ruang keluarga untuk membicarakan tentang Echa yang akan pindah kuliah ke Jakarta. Akhirnya papa memutuskan untuk memindahkan kuliah Echa di Universitas yang sama dengan Muara. Maura saat ini ada di jurusan hukum semester 3 dan Echa yang akan masuk ada di jurusan kedokteran semester 1. Mereka berbincang-bincang cukup lama, setelah merasa mengantuk akhirnya mereka semua memutuskan untuk pergi ke kamar masing-masing untuk tidur.
            Tiga hari kemudian, papa Echa sudah selesai mengurus berkas-berkas kepindahan Echa. Echa pun sudah siap untuk masuk kampus. Pukul 8:00 Echa dan Maura pergi ke kampus bersama dengan diantar mang Yos. Setelah smapai, Echa memutuskan untuk mencari kelasnya sendiri dan menyuruh kakaknya untuk masuk ke kelas duluan. Echa pergi ke madding dan membaca denah kelasnya. Hmmm, Fakultas kedokteran masih terletak sekitar 7 kelas lagi dari sini, gumam Echa saat membaca denah. BRRAAKKK…. Seorang lelaki yang wajahnya sudah tidak asing lagi bagi Echa menabraknya.
“kamu?? Kamu kan waktu itu nabrak aku di bandara?” tanya Echa
“aduh-aduh, sorry banget ya, aku nggak sengaja dan aku bener-bener nggak liat kamu tadi”
“hehe, nggak papa kok, santai aja kali”
“aduh, aku bener-bener minta maaf deh. Oh iya, aku Dennis, nama kamu siapa?”
“aku Echa”
“mahasiswi baru ya? Jurusan apa?” Tanya Dennis
“aku kedokteran kak”
“oalah, berarti kamu juniorku. Yaudah, aku ke kelas dula ya, kamu udah tau kelasmu kan?”
“iya kak”
Echa bergumam dalam hatinya saat melihat mata Dennis, mata itu benar-benar sangat istimewa, mata itu begitu indah dan membuat orang yang melihatnya menjadi terhipnotis
Maura langsung menelphone Dennis, panggilan sayang Maura kepada Dennis adalah Deden.
“gimana, kamu udah tau ta yang mana adik aku?” Tanya Maura kepada Deden
“udah kok more”
“kamu kan seniornya, aku titip adikku sama kamu ya Den. Makasi ya kamu udah bantu aku jagain adik aku”
“iya amore, no problem kok, I’ll do anything for you”
“ooohhh so sweet, love you Deden”
“love you too amore”
            Kelas Echa 30 menit lebih cepat selesai dari kelas Maura. Akhirnya dia menunggu Maura dengan menyaksikan senior-seniornya yang sedang bermain basket dilapangan. Mata Echa tertuju kepada salah satu pemain basket itu. tinggi, ganteng, matanya indah, macho. Aduh, pesonanya nggak nguatin banget deh, gumam Echa dalam hati. Lelaki yang ia lihat adalah Dennis,  dari tadi matanya tidak berhenti menatap Dennis yang sedang bermain basket.
Malam harinya, Echa masih memikirkan lelaki yang tadi dilihatnya dilapangan, Dennis. Echa seperti sudah terhipnotis dengan Dennis. Dia terus memikirkan Dennis, tapi dia sedih ketika mengingat Dennis sudah punya pacar. Dia tau kabar itu dari gosib-gosib di kampus. Hmm, beruntung banget ya yang jadi pacarnya Dennis, andai aja aku yang jadi pacarnya Dennis mungkin aku akan menjadi cewek yang paling beruntung didunia ini, ucap Echa dalam hati.
Keesokan harinya, lantai depan pancuran masih basah karena baru saja selesai dipel. Echa hamper saja terpeleset, untung saja saat itu dia ditolong oleh seseorang. Matanya yang sungguh indah, bibirnya yang basah, rambutnya yang keren, tubuhnya yang kekar, itulah yang ada dipikiran Echa saat Dennis menolongnya. Echa pun larut dalam sanggahan tangan Dennis, dan dia tidak sadar kalau Dennis sudah hampir tidak kuat menahan tubuhnya.
“eh, sorry ya” kata Echa
“buat??”
“karena kamu udah menyanggah tubuhku yang berat ini, hehe. Tapi makasih loh ya udah nolongin aku, untung aja tadi ada kamu, kalau nggak ada kamu mungkin aku udah keseleo.”
“oke, no problem, Hmm, aku masuk kelas dulu ya”
Dennis pun langsung pergi meninggalkan Echa, Echa masih saja menatap Dennis dari belakang.
Saat pulang, Echa dan Dennis tidak sengaja bertemu di parkiran.
“nungguin jemputan Cha?” ucap Dennis
‘enggak, jemputan aku udah dateng dari tadi, aku nunggu kakak aku”
“oh gitu, aku pulang duluan ya”
“kak, tunggu”
“ada apa Cha”
“sekali lagi makasi ya karena udah nolongin aku tadi pagi”
“aduh Cha, udah berapa kali kamu bilang makasih, udahlah itu juga pertolongan yang biasa”
“hehe, tapi menurutku itu nggak biasa’
“aku pulang dulu ya Cha”
“iya, hati-hati ya kak”
Echa mlambaikan tangan pada Dennis dan Dennis pun membalasnya. Echa pun langsung senang karena dia baru saja mengobrol dengan lelaki yang begitu perfect dimatanya.
Saat makan malam, Echa malah melamun dan nggak menyentuh makanannya. Papa, mama dan Maura pun heran, Maura mengagetkan Echa, DDDOOORRRRR, hayo nglamunin siapa?, tanya Maura. Heheh, ntar dikamar aja ya kak aku critain, kata Echa. Setelah makan malam selesai, kakak beradik ini langsung menuju kamar Maura dan memulai sesi curhat-curhat.
“kamu lagi pollin in lop ya? Sama siapa?” Tanya Maura
“hmm, dia anak kampus kita kak”
“siapa, siapa?” Tanya Maura penasaran
“namanya mr.perfect, dia anak kedokteran semester 3”
“wah, baru beberapa minggu kuliah ternyata udah dapet pacar”
“heheh, belum jadian kok kak, kan masih pdkt. Tapi menurut kabar dia udah punya cewek”
“emang siapa yang bilang gitu ke kamu?”
“anak-anak di kampus”
“loh tapi itu kan masih kabar dari orang, kan bukan dia sendiri yang bilang sama kamu, jadi ya kamu sah-sah aja ngedeketin dia, toh dia juga nggak bilang apa-apa kan ke kamu”
“okedeh bos, aku akan maju terus kok. By the way, kakak sendiri pacarnya siapa hayoo??”
“ah, jadi malu. Namanya Deden, dia juga sekampus loh sama kita. Alhamdulillah kita pacarannya udah 5 tahun, jadi kita pacarannya sejak SMA, hehe”
“wow, amazing. Longlast ya kakakku yang paling unyu”
“hahha, iya dede ku yang lagi pollin in lop. Udah ah, tidur dulu sana, besok kan masih harus ke kampus lagi”
“okedeh, sleeptight ya kak. Jangan lupa mimpiin aku, eh maksudnya bang Deden. hahaha”
“huu dasar, iya cantik, sleeptight juga ya”
            Pagi harinya saat tiba di kampus, Echa sangat bersemangat karena dia ingin sekali dekat dengan Dennis. Setelah sekitar satu minggu, ternyata perjuangan Echa tidak sia-sia, dia semakin dekat dengan Dennis, dan dia pun semakin berharap lebih kepada Dennis. Namun nampaknya Echa salah mengartikan kedekatnya dan dengan Dennis. Dennis hanya mengaggap Echa sebagai adik dari pacarnya, namun Echa sudah terlalu berharap banyak ke Dennis. Dennis adalah anak tunggal dari seorang pengusaha ternama di Jakarta, dia ingin sekali memiliki seorang adik perempuan, namun fakta menunjukkan kalau dia tidak mempunyai adik.
            ma, pa, kak,  besok aku mau liat-liat & mau ada praktek di rumah sakit dan lokasi bencana alam di Pekanbaru. Jadi besok itu kita mau study tour gitu. Rencananya kita berangkat besok dan akan ada disana selama kurang lebih satu bulan, kata Echa saat mereka sedang berkumpul diruang keluarga. Kok mendadak banget?, tanya Maura. Sebenernya sih itu pemberitahuannya udah dari satu minggu yang lalu, tapi aku baru bilangnya sekarang soalnya aku lupa terus kak waktu mau bilang, jawab Echa. Hu dasar, dari dulu masih aja tetep pelupa, kata Maura. Yaudah cepet packing sana, kata papa.
Saat Echa sedang berada di kamar Maura, tiba-tiba ponsel Maura berbunyi. Ternyata ada sebuah sms. Kak ada sms nih dari Deden, ucap Echa. Tolong bacain dong Cha, tangan kakak lagi basah nih, jawab Maura saat ia kembali dari kamar mandi untuk cuci muka. Akhirnya Echa pun membacakan sms tersebut, Amore, sorry ya soalnya dalam satu bulan ini aku nggak bisa main kerumah kamu, soalnya besok aku disuruh rector jadi pembinanya juniorku, nanti aku bakal mandu dan nemenin junior-junior praktek di Pekanbaru. Tapi aku janji kok kalau udah balik ke Jakarta aku pasti lansung main kerumah kamu. Nanti aku juga janji kok kalau akau nggak akan main-main disini, nanti aku akan selalu ngasi kabar aku disini gimana, dan kita nggak akan lose contack kok. Kamu jangan nakal ya di Jakarta. Love you. ciye panggilannya amore, ucap echa. Iya Cha, itu panggilan sayang dia ke aku, hehe, jawab Maura. Yaudah ya kak, kakak bales aja sendiri smsnya soalnya aku mau tidur nih udah ngantuk, kata Echa.
Sekitar pukul 6:00 Echa bersiap untuk pergi ke kampus, Maura masih tertidur pulas dan Echa tidak tega membangunkannya. Akhirnya ia hanya berpamitan kepada papa dan mamanya dan meletakkan surat di tempat tidur Maura, surat itu berisi kalau Echa sudah berangkat dan kakak jaga papa dan mama dengan baik-baik ya. Wajar saja kalau Maura belum bangun, karena dia kemarin tidur sampai larut malam gara-gara smsan sama Deden. Lalu Echa langsung berangkat diantar mang Yos dan papa nya. Saat Echa sampai, ternyata sudah banyak teman-teman Echa yang datang, mereka semua dikumpulkan dilapangan untuk diberi sedikit pengarahan. Saat itu dia melihat bahwa disalah satu barisan ada Dennis, dia baru teringan kalau Dennis itu seniornya jadi wajar saja kalau dia ikut. Echa sangat senang karena dalam satu bulan ini dia akan dekat dengan Dennis.
Sebelum naik ke bus masing-masing, mereka harus membuat kelompok yang satu kelompoknya berisi 4 orang dan satu senior. Echa, Line, Carol, dan Mike, itu adalah kelompok Echa, dan sekarang salah satu dari mereka harus mewakili kelompoknya untuk mengambil undian yang berisi nama senior mereka yang akan bertugas mengawasi, memandu, dan menemani tiap-tiap kelompok. Yang mewakili kelompok Echa adalah Carol, hati Echa deg-degan karena Dennis juga salah satu seniornya yang akan mengikuti study tour ini. Saat Carol membuka kertas undiannya ternyata disana ada nama DENNIS WIJAYA, perasaan Echa langsung campur aduk saat membaca nama itu. Akhirnya mereka berlima berkumpul dan segera naik ke bus.
Saat sampai di penginapan, mereka langsung masuk ke kamar yang telah disiapkan dan membereskan barang-barang di koper. Sore harinya mereka dikumpulkan di depan halaman penginapan tersebut, mereka di inrtuksikan untuk ikut membatu dokter-dokter merawat korban bencana alam yang terjadi di Pekanbaru. Setelah selesai mereka kembali ke penginapan.
Keesokan harinya, saat matahari baru di ufuk timur, mereka semua dibangunkan untuk melaksankan olahraga pagi, setelah berolahraga mereka langsung sarapan. Sekitar pukul 9:00 mereka bergegas untuk pergi ke Rumah sakit yang ada di Pekanbaru untuk membantu korban bencana tanah longsor. Para junior di pandu oleh seniornya untuk menangani korban yang luka.
Setelah itu mereka langsung pergi ke tempat kejadian longsor untuk meliahat keadaan ditempat itu, saat Echa sedang berjalan tiba-tiba diatas ada gundukan tanah longsor yang akan menimpanya. Untung saja saat itu Dennis tepat waktu dan dia berhasil menolong Echa, namun saat Echa diselamatkan oleh Dennis, Echa sudah dalam keadaan tidak sadarkan diri karena ia panik dan kaget melihat tanah yang akan mengenainya, dia pun pasrah dan akhirnya pingsan. Setelah itu Echa langsung dibawa kembali kepenginapan. Saat sadar Echa bingung kenapa ia bisa ada disini, lalu teman-teman Echa menceritakan kepada Echa kalau kak Dennis tadi yang menolongnya. Saat makan malam, Echa bertemu dengan Dennis dan langsung mengucapkan terima kasih karena telah menolongnya tadi pagi.
“kak, makasi ya tadi pagi udah nylametin nyawa aku” ucap Echa
“iya Cha sama-sama”
***satu bulan kemudian***
Setelah satu bulan berada di Pekanbaru, akhirnya rombongan dari Universitas Jayakarta pun kembali ke Jakarta. Papa, mama, kak Maura, aku kangen banget sama kalian, teriak Echa sembari member kejutan atas kedatangannya. Wah, anak mama udah pulang, cepet mandi yang wangi ya, nanti kita mau ngomongin tentang ulangtahun kamu, ucap mama. Saat Echa sudah selesai beres-beres kopernya, dia langsung menuju ruang tamu. Besok ada yang ulangtahun ya, mau kado apa nih? Tanya Maura kepada Echa. Enggak usah yang special-spesial banget kak, yang penting kakak dandan yang cantik aja aku juga udah seneng, jawab Echa. Papa, udah siapin catering, baju buat kita, dan undangan buat temen-temen kamu, ucap papa. Papa, aku nggak nyangka kalau ini semua udah diatur, makasi ya pa, jawab Echa sambil memeluk papanya.
            Keesokan harinya, dia langsung membagikan undangan ulangtahunnya kepada teman-teman kampusnya, dia juga mengundang Dennis. Acara ulangtahun Echa yang ke 17 akan diadakan di suatu hotel berbintang yang ada di komplek rumah Echa sekitar pukul 19:00.
Saat-saat yang ditunggu Echa pun hamper tiba, kurang 3 jam lagi acara ulangtahunnya akan dimulai. Echa berdandan secantik mungkin, dia malam ini akan mengenakan long dress berwarna putih dengan manik-manik mereh dilingkar pinggangnya.
Pa, nanti Deden mau dateng di ulangtahunnya Echa loh, pasti papa udah kangen banget ya main catur sama dia, ucap Maura. Wah, papa udah lama ya nggak main catur sama anak itu. Nanti setelah acara selesai papa akan beradu catur dengan dia. Emang dia kesini jam berapa Ra? Tanya papa. Jam 19:30an pa, aku mau siap-siap dulu ya pa, jawab Maura.
“Cha, nanti Deden mau dateng ke ulangtahun mu loh”
“oh ya, wah aku penasaran banget sama yang namanya Deden. Kak, malam ini di hari ulangtahun ku, aku juga mau nembak mr.perfect aja deh, habisnya dia nggak nembak-nembak sih”
“hah? Kamu mau nembak cowok? Kamu nggak apa-apa kan?”
“aku sadar kok kak apa yang aku lakuin”
“tapi kan…”
Echa langsung memotong
“ya udah lah kak, apa salahnya sih nembak cowok” ucap Echa
Maura hanya bisa diam, karena melarang pun percuma, Echa memang keras kepala, jadi dia tidak mungkin mau mendengarkan kakaknya.
            Sekitar pukul 19:00, semua teman-teman Echa sudah datang dan acara sudah akan dimulai, namun Echa belum melihat wajah si mr.perfect nya yaitu Dennis. Cha sepertinya acaranya udah harus dimulai, karena kasihan temen-temen kamu yang udah nunggu. Emang kamu masih mau nunggu siapa lagi? tanya papa. Tunggu 15 menit lagi ya pa, jawab Echa.
Sudah 15 menit Echa menunggu dan mr.perfect nya pun belum datang juga. Cha, ini udah 15 menit, ayo mulai acaranya, ucap papa. Akhirnya Echa memulai acaranya tanpa menunggu Dennis. Baiklah, acara ulangtahun Echa akan dimulai, silahkan semuanya berkumpul di depan, ajak Maura. Saat Echa akan memotong kue, tiba-tiba Dennis yang dari tadi di tunggunya datang. Saat datang Dennis lagsung menyapa pak Roy, bu Lina, dan akhirnya berdiri disamping Maura. Potongan kue ini buat kak Dennis, ucap Echa sambil membawa kue itu di depan Dennis. Aku juga mau ngomong sesuatu kak sama kamu.
“kak, aku kan juga udah lumayan ngenal kamu, dan kamu juga udah lumayan kan ngenal aku? aku mau kita bisa jadi lebih dari temen” ucap Echa penuh harapan
Saat mendengar itu Maura dan pak Roy pun langsung kaget.
“hah, serius??? sebelumnya aku mau bilang makasi sama kamu karena kamu udah suka sama aku, aku salut sama keberanian kamu nembak aku, tapi maaf Cha… aku nggak bisa jadi pacar kamu, karena aku udah nyaman dengan status kita sebagai temen. Aku juga udah punya cewek, aku nggak bisa khianatin dia karena aku cinta banget sama dia. Sekali lagi aku minta maaf ya Cha, mendingan kita temenan aja”
Echa langsung sedih dan merasa sangat hancur. Echa pun tidak bisa berkata apa-apa lagi, dia hanya bisa bergumam dalam hati, bodoh bodoh, Echa bodoh, aku loh ngapain pake nembak Dennis, harusnya aku nyadar kalo dia cuma ngaggap aku temen, harusnya aku nggak jatuh cinta sama dia, harusnya aku nggak usah study di kampus yang sama kayak kak Maura biar aku nggak pernah kenal sama Dennis, sekarang aku udah mempermalukan diriku sendiri. Bodoh sekali ya Echa ini. Aku tau dan aku nyadar, aku emang nggak pantes buat Dennis, dia perfect banget, sedangkan aku… apa mungkin aku terlambat datang di kehidupan Dennis? Andai aja aku datang 6 tahun yang lalu, mungkin sekarang Dennis udah resmi menjadi pacar aku. Echa merasa nggak punya muka lagi di depan Dennis.
Dennis pun melanjutkan perkataannya yang belum selesai,
“dan cewek yang menjadi pacar aku adalah kakak kamu sendiri Cha”
“Ohh, jadi selama ini kamu itu pacarnya kak Maura? Kata Echa
“dia Deden?? Tapi dia ini Dennis kak, dia cowok yang aku suka selama ini. Dan kakak adalah pacarnya, aku bener-bener nggak sanggup nrima kenyataan ini semua. Ini nggak adil buat aku. Kakak udah rebut semuanya dari aku, kakak cantik, kaya, baik, punya orang tua yang begitu sempurna, punya orang tua yang bisa dibanggain, sedangkan aku… aku cuma anak pungut yang nggak punya siapa-siapa dari lahir, aku nggak punya orang tua, orangtua ku ngebuang aku sejak kecil. Aku bener-bener nyesel udah dilahirin didunia ini” ucap Echa kepada Maura sambil menangis dan mengeluarkan semua isi hatinya selama ini.
***flash back on***
Malam disaat Echa pulang dari Pekanbaru, perut Echa keroncongan, ini kenapa cobak malem-malem kok laper, padahal tadi kan udah makan, ucap Echa. Echa pun langsung ke dapur untuk mencari makanan, dia membuka kulkas dan menemukan apel. Mungkin apel ini bisa sedikit mengatasi perutku yang seperti karet ini, ucap Echa. Saat dia akan kembali ke kamar, ia mendengar suara orang di ruang tamu, dia akhirnya mengintip ruang tamu. Ternyata itu adalah papa dan mama yang sedang mengobrol, tadinya ia ingin langsung pergi dari ruang tamu itu, namun ia mendengar percakapan yang menyebut namanya. Echa langsung berjalan lebih dekat agar bisa membicarakan percakapan tersebut. Rupanya pak Roy dan bu Lina sedang membicarakan kabar mereka saat di Australia dan bernostalgia saat mereka menemukan Echa di depan pintu. Saat kita nemuin Echa di depan pintu, Echa adalah bayi yang sangat cantik ya pa, ucap mama. Iya ma, kejam sekali orang tua yang sengaja membuang bayi itu. Kita harus menjaga rahasia ini dulu ma, karena ini bukan waktu yang tepat, ucap papa. Saat mendengar itu Echa menjadi down dan sangat sedih karena pak Roy dan bu Lina yang selama ini dianggap orangtuanya ternyata bukanlah orangtua kandungnya. Echa shock dan akhirya dengen lemas kembali ke kamarnya. Echa masih belum mau mengatakan hal apapun dan menyimpan rahasia ini sendiri karena di ingin pak Roy dan bu Lina sendiri yang mengatakannya dan menceritakan semua kejadian itu kepadanya.
***flash back off***
“maafin kita Cha, papa bener-bener nggak bermaksud ngebohongin kamu” kata papa

“Cha,istighfar. Ini nggak bener, kamu masih punya papa dan mama yang sayang sama kamu. Walau mereka bukan orang tua kandung kamu tapi mereka sayang banget Cha sama kamu. Kamu juga nggak boleh nyesel lahir didunia ini, kamu juga harusnya bersyukur karena bisa lahir di bumi ini, karena yang lahir di bumi ini adalah makhluk-makhluk pilihan yang diciptakan oleh Tuhan. Kamu nggak boleh ngomong gitu lagi. Aku selama ini nggak tau kalo Dennis yang kamu maksud itu Deden ku, sejak SMA aku emang manggil dia Deden, bahkan saat pertama kali kenalan aku juga udah manggil Deden, jadi masalah ini bener-bener terjadi secara nggak sengaja” ucap Maura.
“aku nggak mau denger lagi, dan aku bener-bener nggak percaya” Echa menagis dan kemudian berlari keluar.
Maura pun mengejar Echa karena walau bukan saudara kandung, Maura sayang sekali kepada Echa.
“Echa Echa Echa, tunggu Cha, kakak bisa jelasin sekali lagi ke kamu” teriak Maura sambil berlari mengejarnya
Maura berlari dibelakang Echa. Saat itu jalanan sepi, saat Maura akan melewati sebuah jalan, tiba-tiba Maura terplesetdan saat dia mencoba berdiri tiba-tiba ada sebuah mobil yang melaju dengan kecepatan tinggi datang ke arahnya. Maura panik dan akhirnya, BRRAAKK, mobil itu menabraknya. Echa yang tadinya berlari didepannya tiba-tiba berhenti ketika mendengar teriakan kakaknya, dia kembali dan melihat bahwa kakaknya ada dijalanan dan di aspal banyak tercecer darah. Kakak, teriak Maura saat melihat kakaknya sudah tak sadarkan diri. Dengan panik dan penuh kesedihan, Echa pun menelphone Dennis, Den kamu cepetan kesini ke jalan depan komplek karena kak Maura ketabrak mobil, cepetan kesini. Dennis, bu Lina dan pak Roy segera ke jalan komplek dan menyusul mereka. Apa yang terjadi pada kakakmu Cha? Tanya bu Lina. Aku juga nggak tau ma, tapi ini semua salahku, jawab Echa. Mereka langsung membawa Maura ke Rumah Sakit terdekat. Saat sampai, Maura langsung dibawa ke UGD dan dokter langsung memeriksanya. Mereka menunggu diluar, Papa, mama, Dennis, dan Echa sangat khawatir dengan keaadaan Maura. Ini semua salahku, kalau aja aku nggak berbuat kayak gitu, kalau aja aku nggak suka sama Dennis mungkin ini semua nggak akan terjadi kepadaku, ucap Echa. Enggak Cha, kamu nggak boleh gitu, ini bukan salah kamu atau salah siapa-siapa kok, ucap papa sambil menenangkan Echa. Setelah dokter memeriksa keadaan Maura, dokter langsung keluar dengan ekspresi wajah yang kurang menyenangkan. Siapa keluarganya?,Tanya dokter. Kami keluarganya dok, kata pak Roy. Putri bapak akan mengalami kebutaan permanen, karena saat kecelakaan tadi matanya terkena pecahan kaca dan melukai retinanya, ucap dokter.

~bersambung, sampai ketemu di part 2 ya.~